GRANON

 

Deskripsi obat

Granon injeksi adalah obat untuk mencegah terjadinya mual dan muntah akibat terapi kanker (kemoterapi), radioterapi dan setelah operasi. Injeksi ini termasuk dalam golongan obat keras yang harus menggunakan resep dokter. Granon injeksi mengandung zat aktif granisetron hidroklorida yang bekerja dengan menghalangi zat penyebab muntah (serotonin). Injeksi ini tersedia dalam 2 kemasan yaitu 1 ml dan 3 ml.

Indikasi (manfaat) obat

Mencegah terjadinya mual dan muntah akut yang disebabkan karena terapi kanker (kemoterapi), radioterapi, dan setelah operasi.

Komposisi obat

Tiap 1 ml: granisetron hidroklorida 1,12 mg.

Dosis obat

Penggunaan obat harus sesuai petunjuk pada kemasan dan anjuran dokter

Dewasa:

Mual dan muntah akibat kemoterapi:

Suntikan ke dalam pembuluh darah vena (intravena):

Pencegahan: 1-3 mg (10-40 mcg/kg) dapat diberikan secara intravena lambat atau lebih dari 30 detik ataupun dilarutkan dalam 20-50 ml cairan infus dan diberikan selama lebih dari 5 menit pada saat akan melakukan kemoterapi.

Pengobatan: 1-3 mg (10-40 mcg/kg) dapat diberikan secara intravena lambat atau lebih dari 30 detik ataupun dilarutkan dalam 20-50 ml cairan infus dan diberikan selama lebih dari 5 menit, jika memerlukan dosis tambahan dapat diberikan minimal 10 menit setelah pemberian terakhir.

Dosis maksimal: 9 mg per hari.

Suntikan ke dalam otot (intramuskular):

Pencegahan dan pengobatan: 3 mg diberikan secara intramuskular, 15 menit sebelum melakukan kemoterapi, jika diperlukan dua kali dosis tambahan sebanyak 3 mg dapat diberikan dalam 24 jam.

Mual dan muntah akibat radioterapi:

Pencegahan: 1-3 mg (10-40 mcg/kg) dapat diberikan secara intravena lambat atau lebih dari 30 detik ataupun dilarutkan dalam 20-50 ml cairan infus dan diberikan selama lebih dari 5 menit pada saat akan melakukan radioterapi.

Mual dan muntah setelah operasi:

Pencegahan: 1 mg (10 mcg/kg) granisetron diberikan secara intravena lambat (lebih dari 30 detik) sebelum diinduksi anestesi.

Pengobatan: 1 mg (10 mcg/kg) granisetron diberikan secara intravena lambat (lebih dari 30 detik).

Dosis maksimal: 3mg/hari secara ntravena.

Anak-anak:

Mual dan muntah akibat kemoterapi:

Intravena: 1-3 mg (10-40 mcg/kg) dapat diberikan secara intravena lambat atau lebih dari 30 detik ataupun dilarutkan dalam 20-50 ml cairan infus dan diberikan selama lebih dari 5 menit pada saat akan melakukan kemoterapi. Dosis tambahan diberikan paling 10 menit setelah pemberian infus awal.

Aturan pakai obat

Dapat disuntikan secara intravena atau ke dalam pembuluh darah vena dan intramuskular atau ke dalam otot. Penggunaan harus dibantu oleh tenaga medis.

Efek samping obat

Sakit kepala.

Gangguan kesulitan buang air besar (konstipasi).

Peningkatan transaminase hati.

Reaksi alergi.

Ruam pada kulit.

Reaksi alergi berat (anafilaktik).

Diare.

Kehilangan kesadaran.

Mengantuk.

Kelelahan.

Lemas (asthenia).

Sakit perut.

Muntah.

Pusing.

Demam.

Flu.

Perhatian Khusus

Penggunaan obat ini dapat menyebabkan terjadinya pengurangan pergerakan (motilitas) usus.

Lakukan pemantauan pada pasien yang memiliki tanda-tanda penyumbatan (obstruksi) usus.

Pasien penderita penyakit hati.

Dapat menyebabkan lamanya waktu yang dibutuhkan jantung untuk melakukan repolarisasi setelah terjadinya proses depolarisas (interval QT).

Pasien yang mengalami intoleransi glukosa, kekurangan laktase atau malabsorpsi glukosa-galaktosa.

Dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar serotonin jika dikonsumsi dengan obat peningkat serotonin (serotogenik) lainnya.

Wanita hamil dan ibu menyusui.

Hindari penggunaan jika terjadi reaksi alergi.

Kategori kehamilan dan menyusui:

Kategori B: Penelitian pada sistem reproduksi binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin. Namun riset terkontrol pada wanita hamil belum dilakukan. Atau, penelitian terhadap reproduksi hewan percobaan menunjukkan efek samping obat (selain penurunan fertilitas), tapi efek ini tidak terjadi pada riset terkontrol pada wanita hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai risiko pada trimester berikutnya).

Kontraindikasi (jangan dikonsumsi pada kondisi)

Pasien yang memiliki alergi terhadap komponen obat ini.

Pasien yang mengonsumsi obat apomorfin.

Interaksi obat (jangan digunakan bersamaan dengan)

Fenobarbital.

Ketokonazol.

Apomorfin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pancasila sebagai dasar pembangunan Indonesia Emas

Proses Pelayanan Kesehatan

Resume Berita Mahasiswa Unusa Mewajibkan Tiap Lulusan S1 Punya Sertifikat Kompetensi